Pusparagam sajak ekspedisi 2023
Dalam perjalanan saya selama satu tahun lalu menurut waktu penanggalan masehi, ada banyak karya tulis dalam bentuk puisi maupun sajak singkat yang telah saya rangkum ke dalam pusparagam ekspedisi 2023, tentang apapun itu tanpa terkecuali baik tertulis sebab kejemuan yang nyata atau didasari ragam gramatikal yang sedang baik-baik saja, tercatat dan hadir sesuai dengan keadaan hati serta kondisi nya masing-masing, beberapa sajak tersebut diantaranya:
1. Bendera merah, Senandung kota tua
Di kota tua damai, waktu berjalan lambat,
Di lorong penuh sejarah, langkahku terhenti.
Jendela tua bersaksi bisu tentang masa lalu,
Dinding batu berseru kisah terlupakan.
Cobblestone menari di bawah cahaya senja,
Menyapa langkah kehangatan keindahan.
Bendera merah itu lambai bunga berbisik,
Cerita masa lalu tertanam dalam akarnya.
Suara langkah kaki menjadi melodi,
Menyatu riuh rendah taman negeri turki
Menghidupkan keceriaan di sudut kota
Mengalir seperti sungai yang tak tergesa.
Biarlah jiwaku terbang bebas,
Merasakan kedamaian di setiap sudut,
Di kota tua yang damai,
Di mana waktu tersenyum penuh kasih.
(3 Januari 2023, Miniatürk Park, Beyoğlu )
2. Sepeda antik
Di sudut pulau puteri indah sana,
Berderaplah sepeda ontel dengan gemanya.
Roda besarnya memutar irama sejarah,
Mengukir jejak waktu di jalur yang dijelajah.
Kursi kulit tua menawarkan kenyamanan,
Menuntun penumpang ke lorong bersejarah.
Pedalnya diputar penuh kegembiraan,
Sepeda ontel, pengembara setia kenangan.
Belnya berdenting dengan riang di tikungan,
Mengajak bernostalgia, di pulau puteri itu.
Melintasi pasar kecil dan warung kuno
Tak ada kecepatan yang menghantui,
Tak ada kejar-kejaran waktu,
Hanya senyuman di wajah yang menikmati.
Hanya sepeda ontel yang tahu rahasia sejati,
Pulau puteri, tempat sepeda berkecepatan.
Biarlah roda besarnya mengantar jauh,
Di pulau, sepeda ontel adalah sahabat sejati.
Menikmati angin senja yang lembut,
Menembus sejarah yang usang,
Sepeda ontel,
Ikon damai di antara gemuruh modernitas.
(2 Februari 2023, Adalar Müzesi, Büyük Ada)
3. Salju perdana pembawa gembira
Melihat salju turun pertama kali itu rasanya indah banget, dan tidak bosan untuk menggenggam serta bermain dengan bola saljunya, akan tetapi hawa dingin dan hembusan anginnya ternyata membuat kulit terasa mati
karena saking dinginnya, kepala serasa pusing karena suhunya, bibir
pecah-pecah karena kering, namun dibalik itu semua, ada bahagia
yang menutupi, ya mungkin karena menjadi momen pertama untuk kita yang belum
pernah melihat fenomena ini sebelumnya.
(Dikutip dari tulisan: Salju Pertama, 9 Februari 2023)
4. Dari jendela apartemen
Tentang hari ini membuat kepala pusing,
Membuat jantung tak berhenti berdebar,
Membuat kaki tak mau berdiam,
Membuat mata tak mau terpejam,
Membuat tangan tak mau berulah.
Sekian lama nikmat yang kau berikan
Hanya menjadi definisi,
Syukur..
Tanpa didasari bahwa nikmat-Mu
Sungguh luar biasa bagi makhluk-Mu
Meski raga ingin tetap tinggal,
Namun jiwa ingin pergi,
Syukuri nikmat-Nya sebelum tiba akibat-Nya
Jangan mudah lelah, kamu kuat,
Kamu bisa..
(21 Februari 2023, Apartemen Levent)
5. Langkah Baru Menapak Tilas
Dari jendela lama ku melihat senja,
Menyapamu, rumah lama, dalam cinta yang tulus.
Namun, angin membisikkan panggilan yang baru,
Pindahlah, kini waktunya menuju tempat yang teduh.
Apartemenku lama, dengan kenangan dan cerita,
Aku melangkah, membawa hati yang penuh harapan.
Menuju rumah baru, tempat cinta akan mekar,
Di setiap sudut, damai merayakan kehadiran.
Pintu baru terbuka, menyambut langkahku,
Sebuah jendela memeluk cahaya yang baru.
Dari lorong baru, kesejukan embun pagi,
Menghantarkan kehidupan dalam genggaman tangan.
Tinggallah kenangan, di tempat tinggal lama yang dulu,
Namun, di sini, di rumah baru, terbentanglah masa depan.
Dengan setiap langkah, dengan setiap nafas,
Pindahlah, dan temukan kenyamanan di pelukan yang baru.
(3 Maret 2023, Vefa Suleymaniye, Fatih )
6. Romadhon beserta Keutamaannya
Dalam bumi asing, di bawah langit yang berbeda,
Seorang pemuda mengarungi puasa di bulan yang mulia.
Dengan hati yang penuh ragu, tapi penuh tekad,
Dia menjalani Ramadan di tanah yang tak dikenal.
Aroma rempah dan warna-warni pasar menjelang berbuka,
Menyambutnya dalam keajaiban tradisi yang baru.
Di balik keramaian kota yang asing baginya,
Dia merangkul puasa dengan ketulusan dan semangat.
Dia memandang, menantikan adzan yang memecah keheningan.
Dalam doa dan kesederhanaan, dia merasakan kehadiran Tuhan,
Meskipun di tanah orang, hatinya penuh ketenangan.
Di meja berbuka, makanan asing menggoda indera,
Namun, dalam puasanya, dia menemukan kekayaan yang sejati.
Bukan hanya melawan rasa lapar dan dahaga,
Tetapi memahami arti kesyukuran dan pengorbanan.
Di malam Ramadan yang tenang dan penuh berkah,
Dia menemukan keindahan dalam bulan yang penuh cinta.
Meski jauh dari kampung halamannya,
Puasa pertamanya di negeri orang memberinya pelajaran berharga.
Dengan setiap waktu yang berlalu, dia merangkai kenangan,
Puasa di tanah asing, menjadi perjalanan spiritual yang memuliakan.
Puasa di bulan Ramadan, mengajarkannya cinta dan kasih sayang.
(4 April 2023, Sultanahmet Cami, Istanbul)
7. Senyum
Kompetisi senyum dimulai!
Berapa lama kau bertahan
Mempertahankan senyummu itu
Atau apakah kamu sudah yakin mengikuti kompetisi ini?
Dilihat dari keseharian mu yang sporadis itu
Aku tidak yakin kau akan menang
Ada apa dengan mu?
Sedang melankolia kah kau? Jika iya..
Bersegeralah untuk belajar tersenyum,
Sebelum senyum itu andam karam
Jika benar, senyum itu telah lenyap,
Habislah kau..
𝘈𝘵𝘮𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨
𝘔𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘶𝘳𝘨𝘦𝘯𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪
𝘉𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶..
𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘯𝘦𝘴𝘵𝘢𝘱𝘢𝘢𝘯 𝘮𝘶
𝘛𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘺𝘪𝘬𝘢𝘯, 𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪, 𝘫𝘢𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘸𝘪𝘸𝘦𝘬𝘢.. 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪-𝘩𝘢𝘵𝘪
𝘙𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘭𝘢𝘻𝘶𝘢𝘳𝘥𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘩 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭, 𝘚𝘶𝘫𝘢𝘯𝘢 𝘭𝘢𝘩 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘪𝘫𝘢𝘬𝘴𝘢𝘯𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘥𝘦𝘵𝘪𝘬 𝘪𝘯𝘪
𝘎𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘭𝘢𝘬𝘴𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘢𝘬𝘴𝘪 𝘮𝘶, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘦𝘭𝘢𝘣𝘢𝘩 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘰𝘳𝘢𝘬 𝘳𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘮𝘶..
𝘐𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘯
𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘰𝘵𝘪𝘷𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘶 𝘋𝘪𝘱𝘦𝘳𝘥𝘰𝘮!!
𝘛𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘐𝘯𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘢𝘨𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘧𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘱𝘰𝘴𝘪𝘵𝘪𝘧 𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘪 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭
𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘨𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘸𝘢𝘮, 𝘵𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯, 𝘵𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘯𝘪𝘯𝘥𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘴𝘸𝘢𝘳𝘢, 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘣𝘪𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘭𝘢..𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘶
Berat aksara untuk mengukir
Hilang jati diri termakan bayangan
Cahaya penerang Anindita terlihat
Berbeda dengan baswara yang bersembunyi
Tak berani memperlihatkan diri karena ternoda
Bianglala yang selalu memotivasi menambah percaya
Gelap tetap menyala, dan tak akan sirna.
diam diam ku sembunyikan dari apapun
kelabu dimalam hari bersama dersiknya
desir bunyi angin menenangkan jiwa
dibawah pelita perpus terpantau lunglai
ramai kirana menemani mereka
tetap saja sepi terasa diantara ramai nya
merapah jauh dengan satu niat, belajar.
belasan tahun bermimpi, ajar pun kemari
tak mudah tak juga rumit, anca pasti ada
Rintangan..kalau tak paham makna nya
rahasia tadi, itu adalah rintangan kali ini
ku usahakan untuk men-klandestin-kan
sekuat tenaga kurahasiakan
anggap wajar saja, ini masa pendidikan
tak ada yang santai santai aja dalam hal
menuntut, mencari, mengenyam, wiyata
demi jerembah cita, jelampah masalah
tak apa, sabar, lewati, ikhlas, Nerimo..
Hari itu, jeritan para Romusha sirna, antek-antek Londo hanya tersisa jejaknya, kerja Rodi tertimbun tanah, Nippon pun terbenam tak menunjukkan terbitnya, pribumi memperlihatkan senyum dan tawanya, syukur dimana-mana, berdaulat lah suatu negara.
Berkala besi dilahap karat, bermasa kayu menjadi rapuh, beda zaman beda tekanan, lain waktu lain pula penanganannya, dulu berdaulat, kini melemah, Garuda telah terbang mencapai kemampuannya, dijatuhkan oleh sayap sendiri, dua sayap yang tak satu pemahaman, yang tak selaras keinginan, menghancurkan dan meleburkan sendiri tubuh kuatnya, lupa akan wibawa dan kepribadian nya, Marwah habis di telan nyawa sendiri.
Tawa, melodi yang riang di panggung kehidupan, Merayap lembut, mengusir kelam dan sepi. Dalam seraknya, terbuka pintu kebahagiaan, Sejuta nuansa, tersimpan dalam simpul bibir.
Ia adalah bahasa tanpa kata, tetapi penuh makna, Menyatu dalam detak jantung setiap insan. Tertawa, menyiratkan kebebasan tanpa batas, Mengikis beban, menciptakan ruang yang luas.
Tawa anak-anak, seperti kilau bintang di malam gelap, Membawa cerita keajaiban dan impian tak terhingga. Tawa dewasa, mengukir perjalanan hidup, Menyimpan kisah dalam getaran gelak yang tulus.
Dalam tawa, tercipta kebersamaan yang abadi, Merajut ikatan antara hati yang satu dan lainnya. Sebab tawa bukan hanya bunyi, tapi sentuhan jiwa, Menyinari setiap sudut kehidupan dengan cahaya suka cita.
(29 November 2023, Kedutaan Besar RI, Ankara)
15. Sobekan Foto lama
Di kanvas kenangan, gambarmu tergores, Sobekan foto mengisahkan cerita yang tersembunyi. Setiap robekan, sejuta kenangan terpatri, Seperti luka di hati, tak terlupakan dan terhenti. Wajah yang tersobek, senyum yang terpecah, Seakan menggambarkan perpisahan yang dalam. Namun, dalam kehancuran itu terbersit harapan, Bahwa lembaran baru kan terbentang, menghias kisah. Sobekan-sobekan itu bagai puisi tak terucap, Mengurai cerita, meretas sepi yang terpendam. Dalam setiap garis yang terputus, terdapat arti, Sebuah kisah yang terus berlanjut, meski terbelah. Seperti helai-helai kenangan yang terhempas angin, Foto yang sobek, namun kenangan tetap abadi. Dalam kekusutan itu, terbentuk keindahan, Sebuah puisi tentang perjalanan yang tak terlupakan.
(30 November 2023, Sabiha Gokcen Airport)
16. Inspirasi
Dalam satu akhir pekan yang sunyi, dia memutuskan untuk menyisihkan waktu untuk dirinya sendiri. Maya memilih berjalan-jalan di taman kota yang indah, menikmati bunga-bunga yang bersemi. Waktu luangnya diisi dengan melukis dan menulis, memberikan kehidupan baru pada kreativitasnya yang tertidur.
(2 Desember 2023, Vefa Suleymaniye, Istanbul)
17. Mata yang sakit, Puisi tentang Harapan
Dalam kegelapan mata yang letih, Merintih dalam sepi yang tak terucap, Bayangan kabur, langkah terhenti, Noda kelabu merayap, tawa pun terdiam.
(15 Desember 2023, Fener Rum Lisesi, Balat, Fatih, Istanbul)
18. Mata yang sakit, Puisi tentang Harapan 2
Dalam kelopak yang lelah terbuka, Sakit merajai, serasa terperangkap, Puitis luka, puisi terukir, Mata yang sakit, hening dalam derita.
(16 Desember 2023, Taksim Square, Beyoglu, Istanbul)
19. Mata yang sakit, Puisi tentang Harapan 3
Tetesan peluh, rintihan bisu,
Mengalir di mata yang teriris, Menyusuri jalan kelam tanpa arah,
Komentar
Posting Komentar